Site icon Missonnews-Pusatnya Semua Berita Indonesia Terkini Terpercaya, Dan Terpopuler

Banjir Bandang Texas Tewaskan 116 Orang, Respons Darurat AS Dianggap Lambat

Banjir Bandang Texas Tewaskan 116 Orang, Respons Darurat AS Dianggap Lambat

Banjir Bandang Texas Tewaskan 116 Orang, Respons Darurat AS Dianggap Lambat

Banjir Bandang Texas Tewaskan 116 Orang, Respons Darurat AS Dianggap Lambat

Banjir bandang dahsyat yang melanda negara bagian Texas, Amerika Serikat, menewaskan setidaknya 116 orang dan menyebabkan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal.

Peristiwa ini terjadi setelah hujan deras turun selama beberapa hari tanpa henti, menyebabkan sungai-sungai meluap dan merendam pemukiman warga dalam waktu singkat.

Kota-kota seperti Houston, Austin, dan San Antonio menjadi wilayah yang paling terdampak. Banyak jalan raya tergenang, rumah-rumah hanyut terbawa arus, dan fasilitas umum rusak parah.

Banjir ini disebut sebagai salah satu bencana alam terburuk yang terjadi di Texas dalam satu dekade terakhir.

Banjir menyebabkan lebih dari 50.000 warga harus mengungsi ke tempat penampungan darurat. Banyak dari mereka kehilangan rumah, kendaraan, dan harta benda lainnya.

Tidak sedikit pula yang kehilangan anggota keluarga karena tidak sempat menyelamatkan diri.

Listrik padam di ratusan wilayah, dan jaringan komunikasi terganggu. Rumah sakit kewalahan menangani korban luka-luka, sementara beberapa

fasilitas medis bahkan harus dievakuasi karena terendam air. Bandara ditutup dan jalur logistik terganggu, menyebabkan suplai makanan dan obat-obatan tersendat di sejumlah area.

Respons Pemerintah Dianggap Terlambat

Respons dari pemerintah federal dan negara bagian menuai kritik tajam dari warga dan aktivis kemanusiaan. Banyak yang mengeluhkan bahwa bantuan datang terlambat dan tidak merata.

Beberapa daerah yang terdampak parah bahkan tidak mendapat bantuan apa pun hingga lebih dari 48 jam setelah banjir terjadi.

Presiden Amerika Serikat telah menyatakan status darurat nasional untuk wilayah Texas, namun banyak pihak menilai hal itu dilakukan terlalu lambat.

Sejumlah pejabat setempat menyuarakan kekecewaan mereka terhadap koordinasi yang buruk antara lembaga pemerintah dan organisasi bantuan.

Peran Lembaga Swadaya dan Relawan

Dalam kekacauan tersebut, lembaga swadaya masyarakat dan komunitas relawan menjadi ujung tombak pertolongan pertama di lapangan.

Mereka menyediakan makanan, air bersih, tempat tinggal sementara, dan bantuan medis untuk para korban.

Organisasi seperti Palang Merah Amerika, Salvation Army, dan berbagai gereja lokal turut ambil bagian dalam operasi penyelamatan.

Ribuan relawan dari berbagai negara bagian lainnya datang membantu tanpa menunggu komando dari pemerintah pusat.

Suara dari Korban dan Saksi Mata

Banyak korban mengisahkan detik-detik dramatis saat air mulai naik dengan cepat. Beberapa orang hanya memiliki waktu beberapa menit untuk menyelamatkan diri, meninggalkan seluruh harta benda mereka.

Kisah menyentuh datang dari seorang ibu yang harus berenang membawa bayinya melintasi arus deras demi mencapai tempat yang lebih tinggi.

Saksi mata lainnya menyebut banjir datang seperti “tsunami kecil” yang tak terduga. Tidak ada peringatan evakuasi dini di beberapa area, sehingga warga tidak memiliki cukup waktu untuk bersiap.

Pemulihan dan Bantuan Jangka Panjang

Proses pemulihan pascabencana diperkirakan akan memakan waktu berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun.

Pemerintah telah menjanjikan dana bantuan, namun masih banyak ketidakpastian soal kapan dan bagaimana dana itu akan didistribusikan. Banyak warga yang kehilangan rumah masih tinggal di penampungan sementara dengan kondisi seadanya.

Pemerintah daerah dan lembaga bantuan kini fokus pada penyediaan air bersih, perawatan kesehatan mental, dan rekonstruksi infrastruktur yang rusak.

Selain itu, seruan untuk peninjauan ulang sistem tanggap darurat dan pengelolaan lingkungan juga semakin menguat.

Seruan Evaluasi dan Pencegahan Bencana Mendatang

Bencana ini kembali membuka perdebatan mengenai kesiapan Amerika Serikat dalam menghadapi perubahan iklim dan cuaca ekstrem.

Banyak pakar lingkungan menilai bahwa sistem drainase kota-kota besar di Texas tidak lagi mampu menangani curah hujan ekstrem yang kini lebih sering terjadi akibat perubahan iklim global.

Baca juga: Pandalungan Festival Tingkatkan Geliat Ekonomi dan Pariwisata Jember

Exit mobile version