Soal Keracunan MBG Cianjur, Kepala MBG: Setengah Foodtray Berbahan Plastik
Cianjur – Insiden dugaan keracunan massal yang terjadi setelah acara promosi minuman energi MBG di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menjadi perhatian publik.
Ratusan peserta dilaporkan mengalami gejala seperti mual, pusing, muntah, dan diare setelah mengonsumsi makanan dan minuman yang disajikan dalam acara tersebut. Pihak berwenang tengah melakukan penyelidikan intensif untuk mengetahui penyebab pasti kejadian ini.
Dalam konferensi pers yang digelar pada Senin (21/4/2025), Kepala MBG Indonesia, Rico Firmansyah, memberikan pernyataan yang cukup mengejutkan.

Ia mengungkapkan bahwa sekitar 50 persen wadah makanan atau foodtray yang digunakan dalam acara tersebut merupakan produk plastik sekali pakai.
Pernyataan tersebut memunculkan dugaan bahwa wadah makanan berbahan plastik yang dipanaskan atau
tidak memenuhi standar keamanan pangan bisa menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya keracunan.
Kronologi Kejadian
Insiden bermula pada Sabtu, 19 April 2025, saat MBG mengadakan kegiatan promosi bertajuk “Energi Positif untuk Generasi Hebat” di sebuah aula besar di kawasan Cianjur.
Acara yang dihadiri oleh lebih dari 400 peserta tersebut menyajikan makanan dan minuman gratis sebagai bagian dari rangkaian kampanye.
Tidak lama setelah acara berlangsung, puluhan peserta mulai mengeluhkan gejala pencernaan. Beberapa dilarikan ke puskesmas dan rumah sakit terdekat.
Dalam kurun waktu 24 jam, jumlah pasien yang melaporkan gejala serupa terus meningkat, hingga mencapai lebih dari 120 orang.
Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur segera turun tangan dengan mengambil sampel makanan dan minuman yang tersisa, serta memeriksa bahan-bahan yang digunakan dalam penyajian.
Kepala MBG Akui Gunakan Foodtray Plastik
Dalam keterangannya kepada media, Rico Firmansyah menyatakan bahwa pihak MBG tidak sepenuhnya menggunakan
foodtray berbahan kertas atau ramah lingkungan sebagaimana sebelumnya diinformasikan. Ternyata, ada sebagian makanan
yang disajikan menggunakan tray plastik yang tidak diketahui secara pasti jenis plastik dan sertifikasinya.
“Kami akui bahwa ada kelalaian dalam pengadaan wadah makanan. Sekitar setengah dari foodtray yang digunakan
berbahan plastik. Itu bukan pilihan utama kami, namun disebabkan oleh keterbatasan logistik saat menjelang acara,” ujar Rico.
Rico juga menyebut bahwa pihak vendor katering yang menangani logistik makanan menggunakan foodtray plastik dari berbagai merek
yang belum tentu semuanya memiliki sertifikasi BPOM atau standar food grade.
Baca juga:Jaksa Tuntut Dono Parwoto 8 Tahun Bui Terkait Dugaan Korupsi Tol MBZ
Dugaan Kontaminasi dari Wadah Makanan
Sejumlah ahli kesehatan mulai menyoroti kemungkinan kontaminasi zat kimia dari foodtray plastik sebagai penyebab keracunan massal ini.
Dalam kondisi tertentu, terutama jika plastik tersebut tidak tahan panas, zat berbahaya seperti bisphenol-A (BPA) atau phthalates dapat terlepas ke dalam makanan.
Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Fransiska Dewi, Sp.PD, menyatakan bahwa pemanasan makanan dalam wadah plastik non-food grade sangat berisiko menimbulkan reaksi kimia berbahaya.
“Plastik yang tidak tahan panas bisa melepaskan senyawa kimia yang mengiritasi saluran pencernaan. Gejala seperti mual, muntah, dan diare bisa muncul dalam beberapa jam,” jelasnya.
Dinas Kesehatan Cianjur hingga kini masih menunggu hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan, minuman, dan wadah yang digunakan.
Hasil tersebut akan menjadi dasar untuk menentukan apakah penyebab utama keracunan berasal dari makanan, minuman, atau kontaminasi dari wadah.
Penanganan Korban dan Langkah Medis
Hingga saat ini, sebagian besar korban telah diperbolehkan pulang setelah mendapatkan penanganan medis berupa infus, rehidrasi oral, dan obat anti mual.
Namun, masih ada beberapa pasien yang dirawat inap karena mengalami gejala dehidrasi berat dan membutuhkan observasi lebih lanjut.
Dinas Kesehatan juga telah membuka posko aduan bagi masyarakat yang merasa menjadi korban dan membutuhkan tindak lanjut medis atau hukum.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, dr. M. Taufik Rahman, menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen menuntaskan penyelidikan dan memastikan kejadian serupa tidak terulang.
“Kami telah ambil langkah investigasi menyeluruh, termasuk menelusuri jalur distribusi makanan dan alat saji. Ini penting untuk perlindungan masyarakat ke depan,” tegasnya.
MBG Berjanji Evaluasi Total
Sebagai bentuk tanggung jawab, MBG Indonesia menyatakan siap menanggung seluruh biaya pengobatan korban. Mereka juga telah mengumumkan pembentukan tim audit internal untuk mengevaluasi seluruh prosedur keamanan makanan dan minuman dalam acara promosi.
“Kami sangat menyesal atas kejadian ini. Keamanan konsumen adalah prioritas utama kami. Kami akan evaluasi menyeluruh, termasuk memilih vendor katering yang kompeten dan bersertifikasi,” ujar Rico Firmansyah.
MBG juga menghentikan sementara seluruh kegiatan promosi langsung di lapangan sampai penyelidikan tuntas dan SOP baru diterapkan.
Reaksi Publik dan LSM
Kasus ini memicu keprihatinan dari berbagai kalangan, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang perlindungan konsumen.
Ketua Yayasan Konsumen Cerdas Indonesia, Rita Pranawati, mengecam penggunaan wadah makanan tanpa standar dan menuntut pemerintah memperketat regulasi pengadaan makanan dalam acara publik.
“Kejadian ini adalah alarm keras. Banyak event promosi mengabaikan standar keamanan pangan. Pemerintah dan pelaku usaha harus lebih ketat dan bertanggung jawab,” tegas Rita.
Di media sosial, tagar #MBGCianjur dan #FoodtrayBerbahaya sempat trending, menunjukkan besarnya perhatian publik terhadap masalah ini.
Penutup: Menunggu Kepastian Hasil Uji Lab
Insiden keracunan massal yang terjadi dalam acara MBG di Cianjur menjadi pengingat penting tentang pentingnya pengawasa
terhadap standar makanan, minuman, dan perlengkapan saji yang digunakan dalam event publik. Pengakuan bahwa sebagian foodtray berbahan plastik tanpa kepastian keamanan tentu menjadi titik kritis dalam kasus ini.
Kini masyarakat menantikan hasil uji laboratorium resmi yang akan menentukan arah pertanggungjawaban hukum lebih lanjut.
Apakah benar bahan plastik menjadi penyebab utama, atau ada faktor lain yang berkontribusi? Yang jelas, kasus ini telah membuka mata banyak pihak tentang pentingnya manajemen risiko dalam penyelenggaraan acara skala besar.