Ratusan Warga Pati Terinfeksi HIV/AIDS, Dua Kecamatan Ini Masuk Zona Merah
Kasus infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, kembali menjadi perhatian serius. Berdasarkan data terbaru dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Pati, tercatat lebih dari 200 warga terinfeksi HIV/AIDS hingga pertengahan tahun 2025.
Kondisi ini menempatkan dua kecamatan di wilayah tersebut sebagai zona merah penyebaran virus.
Situasi ini memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat dan mendorong pemerintah daerah bersama berbagai pihak
terkait untuk meningkatkan upaya pencegahan, deteksi dini, dan edukasi publik secara lebih masif.

Data Kasus dan Sebaran Wilayah
Menurut laporan resmi Dinas Kesehatan Pati, dari total kasus yang tercatat, sebagian besar ditemukan di dua kecamatan
yakni Kecamatan Pati Kota dan Kecamatan Juwana. Kedua wilayah ini kini dikategorikan sebagai zona merah
karena memiliki jumlah kasus tertinggi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, dr. Haryono, menyampaikan bahwa angka kasus HIV/AIDS terus
mengalami peningkatan meskipun berbagai program pencegahan telah dijalankan. Ia menyebut bahwa peningkatan tersebut
sebagian besar disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan tes HIV secara rutin, serta masih adanya
stigma terhadap penderita yang menghambat penanganan lebih awal.
Kelompok Rentan dan Pola Penularan
Dinas Kesehatan mengidentifikasi bahwa kelompok usia produktif (25–45 tahun) menjadi kelompok paling rentan terinfeksi.
Selain itu, kasus juga ditemukan pada ibu rumah tangga, remaja, dan bahkan pekerja migran yang baru kembali dari luar negeri.
Pola penularan HIV di Kabupaten Pati sebagian besar masih terjadi melalui hubungan seksual tidak aman baik heteroseksual maupun homoseksual.
Namun, terdapat pula kasus penularan melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian di kalangan pengguna narkotika suntik.
Beberapa kasus juga melibatkan penularan dari ibu ke anak selama proses persalinan.
Upaya Pemerintah dan Lembaga Terkait
Dalam menanggapi lonjakan kasus ini, Pemerintah Kabupaten Pati bersama instansi terkait mulai memperkuat program
VCT (Voluntary Counseling and Testing) dan layanan ARV (Antiretroviral Therapy) di puskesmas dan rumah sakit rujukan.
Selain itu, dilakukan juga kampanye edukasi kepada masyarakat melalui penyuluhan di sekolah, tempat ibadah, dan komunitas lokal.
Bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah seperti LSM peduli HIV/AIDS, pemerintah daerah juga membentuk kader
peduli HIV yang bertugas memberikan edukasi dari rumah ke rumah. Mereka juga mengedukasi pentingnya penggunaan
alat pelindung diri, pemeriksaan dini, dan menjaga gaya hidup sehat.
Stigma Masih Jadi Tantangan Utama
Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan HIV/AIDS di Pati adalah stigma sosial yang masih melekat kuat terhadap pengidap.
Banyak penderita enggan memeriksakan diri atau mengikuti pengobatan karena takut dikucilkan dari lingkungan sosial.
dr. Haryono menegaskan pentingnya dukungan keluarga dan lingkungan sekitar untuk memutus rantai penularan HIV.
Orang dengan HIV bisa tetap hidup sehat dan produktif asalkan mendapatkan pengobatan dan dukungan psikososial yang baik,” ujarnya.
Peran Masyarakat dalam Pencegahan
Pemerintah Kabupaten Pati mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS.
Salah satu langkah konkret yang diimbau adalah menjalani tes HIV secara berkala, terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi.
Selain itu, praktik seks yang aman dan tidak diskriminatif menjadi bagian penting dari strategi pencegahan jangka panjang.
Kesimpulan
Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Pati yang mencapai ratusan orang menandai perlunya tindakan kolektif dari semua pihak.
Dua kecamatan yang masuk dalam zona merah menjadi alarm penting bahwa edukasi, deteksi dini, dan penghapusan stigma harus dilakukan secara intensif.
Dengan komitmen pemerintah, keterlibatan masyarakat, dan dukungan lintas sektor, diharapkan laju penyebaran
HIV di Pati dapat ditekan dan kualitas hidup penderita dapat meningkat secara signifikan.
Baca juga: Apa Langkah yang Diambil DPR Setelah MK Pisahkan Pemilu Nasional dan Daerah?