BPS Ekonomi RI Tumbuh

BPS Ekonomi RI Tumbuh Pesat 4,87 Persen Pada Triwulan I 2025 secara tahunan (year-on-year/yoy), demikian disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Dr. Amalia Adininggar Widyasanti. Angka tersebut menunjukkan kinerja yang relatif stabil di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tekanan geopolitik yang masih membayangi perekonomian internasional.

Dalam konferensi pers yang digelar di kantor pusat BPS, Jakarta, pada Senin (5/5/2025), Dr. Amalia menjelaskan bahwa nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada periode Januari hingga Maret 2025 atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp5.665,9 triliun. Sementara itu, PDB atas dasar harga konstan (ADHK) tercatat sebesar Rp3.264,5 triliun.

“Capaian pertumbuhan ini merefleksikan resiliensi perekonomian domestik di tengah dinamika eksternal yang belum sepenuhnya pulih. Beberapa indikator utama menunjukkan adanya geliat aktivitas produksi dan konsumsi yang cukup positif,” ujar Amalia dalam keterangannya.

BPS Ekonomi RI tumbuh Pesat 4,87 Persen

Melambat, Ekonomi RI Tumbuh 4,87 Persen Pada Kuartal I 2025

Pertumbuhan ekonomi yang tercatat pada triwulan pertama ini didorong oleh kontribusi dari sejumlah sektor lapangan usaha. Di antaranya, sektor industri pengolahan tetap menjadi penyumbang terbesar terhadap struktur PDB, meskipun mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Sektor informasi dan komunikasi mencatat pertumbuhan paling tinggi, sejalan dengan meningkatnya adopsi teknologi digital serta permintaan terhadap layanan komunikasi yang terus bertumbuh. Kemudian, sektor transportasi dan pergudangan juga mengalami percepatan pertumbuhan, didorong oleh meningkatnya mobilitas masyarakat pascapandemi serta pemulihan sektor logistik.

Sementara itu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh moderat seiring dengan kondisi iklim yang relatif stabil, meskipun tantangan seperti fluktuasi harga komoditas dan keterbatasan lahan masih menjadi hambatan di beberapa wilayah.

“Struktur ekonomi nasional masih didominasi oleh sektor tersier seperti perdagangan, transportasi, dan jasa-jasa. Namun kami juga melihat peningkatan kontribusi dari sektor primer dan sekunder yang menunjukkan adanya diversifikasi ekonomi,” ungkap Amalia.

Pertumbuhan Berdasarkan Pengeluaran

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tetap menjadi motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Pada triwulan pertama 2025, konsumsi rumah tangga tumbuh sekitar 4,9 persen, ditopang oleh meningkatnya daya beli masyarakat, stabilitas harga kebutuhan pokok, serta intensitas belanja masyarakat selama bulan Ramadan yang jatuh pada kuartal tersebut.

Investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga menunjukkan perbaikan, meskipun belum sepenuhnya pulih ke tingkat pra-pandemi. Faktor peningkatan belanja modal oleh pemerintah serta proyek-proyek infrastruktur strategis turut mendorong kinerja investasi.

Ekspor barang dan jasa juga berkontribusi positif terhadap pertumbuhan, meski nilai ekspor secara nominal mengalami tekanan akibat penurunan harga komoditas global. Di sisi lain, impor yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan industri domestik turut menjadi indikator naiknya aktivitas produksi nasional.

Distribusi dan Kontribusi Wilayah

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa yang menyumbang lebih dari 57 persen terhadap total PDB nasional. Pertumbuhan di kawasan ini ditopang oleh aktivitas industri, perdagangan, dan jasa yang terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek serta sejumlah kota besar lainnya.

Melambat, Ekonomi Indonesia Kuartal I/2025 Hanya Tumbuh 4,87 Persen

Pulau Sumatra dan Kalimantan mencatat pertumbuhan positif seiring meningkatnya produksi sektor pertambangan dan perkebunan. Di wilayah timur Indonesia, Sulawesi menunjukkan kinerja yang cukup menjanjikan, terutama di sektor pertanian dan perikanan, meski tantangan infrastruktur masih menjadi hambatan utama.

Stabilitas dan Tantangan ke Depan

Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama 2025 tergolong stabil, BPS mencatat adanya beberapa faktor risiko yang perlu terus diwaspadai. Di antaranya adalah volatilitas harga energi dan pangan di pasar global, fluktuasi nilai tukar rupiah, serta ketidakpastian kebijakan moneter dari negara-negara mitra dagang utama.

Kondisi geopolitik global, khususnya di kawasan Eropa Timur dan Timur Tengah, juga masih berpotensi mengganggu rantai pasok dan harga komoditas strategis. Selain itu, perubahan iklim serta fenomena cuaca ekstrem turut menjadi ancaman bagi sektor-sektor produktif seperti pertanian dan perikanan.

“Meskipun kita mencatat pertumbuhan yang cukup solid, arah kebijakan fiskal dan moneter nasional harus tetap diarahkan untuk menjaga stabilitas serta memperkuat fondasi pertumbuhan jangka panjang,” jelas Kepala BPS.

Ia juga menekankan pentingnya reformasi struktural, penguatan sektor industri dalam negeri, dan percepatan transformasi digital sebagai kunci peningkatan daya saing ekonomi nasional di masa mendatang.

Harapan dan Proyeksi

Pemerintah melalui kementerian dan lembaga terkait diharapkan dapat terus mendorong realisasi investasi, penciptaan lapangan kerja, serta penguatan daya beli masyarakat. Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga dipandang strategis dalam menopang struktur ekonomi nasional yang inklusif.

BPS memperkirakan bahwa pada triwulan kedua 2025, pertumbuhan ekonomi dapat mencapai kisaran 5 persen apabila seluruh indikator ekonomi bergerak positif dan didukung oleh sentimen konsumsi yang tetap kuat pascalibur panjang Idul Fitri.

“Sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi faktor kunci dalam menjaga momentum pertumbuhan ini. Dengan kerja sama yang baik dan kebijakan yang responsif, Indonesia memiliki peluang untuk terus bertumbuh secara berkelanjutan,” pungkas Amalia.

Baca Juga : Saham Tambang dan Energi Jadi Incaran Investor Asing, Ini Alasannya

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.